Terjadinya
Pengetahuan
Proses
terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam epistemologi sebab hal
ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatannya. Pandangan yang sederhana dalam
memikirkan proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik a priori
maupun a porteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa
adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman
bathin. Sedangkan a porteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya
pengalaman.
Di
dalam mengetahui memerlukan alat yaitu: pengalaman indera, nalar, otoritas,
intuisi, wahyu, dan kenyakinan. Sepanjang sejarah kefilsafatan alat-alat untuk
mengetahui tersebut memiliki peranan masing-masing baik secara sendiri-sendiri
maupun berpasangan satu sama lain tergantung kepada filsuf atau paham yang
dianutnya.
Pengetahuan
didapatkan dari pengamatan. Di dalam pengamatan inderawi tidak dapat ditetapkan
apa yang subyektif dan apa yang obyektif. Jika kesan-kesan subyektif dianggap
sebagai kebenaran, hal itu mengakibatkan adanya gambaran-gambaran kicau yang di
dalam imajinasi. Segala pengetahuan dimulai dengan gambaran-gambaran inderawi.
Gambaran-gambaran tersebut kemudian ditingkatkan hingga sampai kepada
tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi, dimana tingkatan tertinggi itu yaitu
pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif. Di dalam pengetahuan rasional
orang hanya mengambil kesimpulan-kesimpulan, sedangkan di dalam pengetahun
intuitif orang hanya memandang kepada idea-idea yang berkaitan kepada Allah.
Menurut
pandangan Spinoza (tokoh empirisme tahun 1588-1679), pengetahuan diperoleh
karena pengalaman. Pengalaman adalah awal segala pengatahuan. Sedangkan awal
pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman.
Hanya pengalamanlah yang memberi jaminan akan kepastian.
Yang
disebut dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas segala pengamatan,
yang disimpan di dalam ingatan dan digabungkan dengan suatu pengharapan akan
masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa yang lampau.
Pengamatan
iderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu
gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan kepada otak dan dari otak
diteruskan ke jantung. Di dalam jantung timbullah suatu, reaksi, suatu gerak
dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal
gerak reaksi tadi.
Selain
itu, salah satu tokoh empirisme yang lain berpendapat bahwa segala pengetahuan
datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal adalah pasif pada waktu pengetahuan
didapatkan. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Jadi jika
kita ibaratkan akal merupakan secarik kertas yang tanpa tulisan, karena yang
menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan
antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akali. Satu-satunya sasaran atau
obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau idea-idea, yang timbul karena
pengalaman lahiriyah dan karena pengalaman bathiniah. Pengalaman lahiriyah
mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang di luar kita, sedangkan pengalaman
bathiniah mengajarkan tentang keadaan-keadaan psikis kita sendiri.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar