Kamis, 25 Juni 2015

Terjadinya Pengetahuan



Terjadinya Pengetahuan

Proses terjadinya pengetahuan menjadi masalah mendasar dalam epistemologi sebab hal ini akan mewarnai pemikiran kefilsafatannya. Pandangan yang sederhana dalam memikirkan proses terjadinya pengetahuan yaitu dalam sifatnya baik a priori maupun a porteriori. Pengetahuan a priori adalah pengetahuan yang terjadi tanpa adanya atau melalui pengalaman, baik pengalaman indera maupun pengalaman bathin. Sedangkan a porteriori adalah pengetahuan yang terjadi karena adanya pengalaman.
Di dalam mengetahui memerlukan alat yaitu: pengalaman indera, nalar, otoritas, intuisi, wahyu, dan kenyakinan. Sepanjang sejarah kefilsafatan alat-alat untuk mengetahui tersebut memiliki peranan masing-masing baik secara sendiri-sendiri maupun berpasangan satu sama lain tergantung kepada filsuf atau paham yang dianutnya.
Pengetahuan didapatkan dari pengamatan. Di dalam pengamatan inderawi tidak dapat ditetapkan apa yang subyektif dan apa yang obyektif. Jika kesan-kesan subyektif dianggap sebagai kebenaran, hal itu mengakibatkan adanya gambaran-gambaran kicau yang di dalam imajinasi. Segala pengetahuan dimulai dengan gambaran-gambaran inderawi. Gambaran-gambaran tersebut kemudian ditingkatkan hingga sampai kepada tingkatan-tingkatan yang lebih tinggi, dimana tingkatan tertinggi itu yaitu pengetahuan rasional dan pengetahuan intuitif. Di dalam pengetahuan rasional orang hanya mengambil kesimpulan-kesimpulan, sedangkan di dalam pengetahun intuitif orang hanya memandang kepada idea-idea yang berkaitan kepada Allah.
Menurut pandangan Spinoza (tokoh empirisme tahun 1588-1679), pengetahuan diperoleh karena pengalaman. Pengalaman adalah awal segala pengatahuan. Sedangkan awal pengetahuan tentang asas-asas yang diperoleh dan diteguhkan oleh pengalaman. Hanya pengalamanlah yang memberi jaminan akan kepastian.
Yang disebut dengan pengalaman adalah keseluruhan atau totalitas segala pengamatan, yang disimpan di dalam ingatan dan digabungkan dengan suatu pengharapan akan masa depan, sesuai dengan apa yang telah diamati pada masa yang lampau.
Pengamatan iderawi terjadi karena gerak benda-benda di luar kita menyebabkan adanya suatu gerak di dalam indera kita. Gerak ini diteruskan kepada otak dan dari otak diteruskan ke jantung. Di dalam jantung timbullah suatu, reaksi, suatu gerak dalam jurusan yang sebaliknya. Pengamatan yang sebenarnya terjadi pada awal gerak reaksi tadi.
Selain itu, salah satu tokoh empirisme yang lain berpendapat bahwa segala pengetahuan datang dari pengalaman dan tidak lebih dari itu. Akal adalah pasif pada waktu pengetahuan didapatkan. Akal tidak melahirkan pengetahuan dari dirinya sendiri. Jadi jika kita ibaratkan akal merupakan secarik kertas yang tanpa tulisan, karena yang menerima segala sesuatu yang datang dari pengalaman. Locke tidak membedakan antara pengetahuan inderawi dan pengetahuan akali. Satu-satunya sasaran atau obyek pengetahuan adalah gagasan-gagasan atau idea-idea, yang timbul karena pengalaman lahiriyah dan karena pengalaman bathiniah. Pengalaman lahiriyah mengajarkan kepada kita tentang hal-hal yang di luar kita, sedangkan pengalaman bathiniah mengajarkan tentang keadaan-keadaan psikis kita sendiri.



Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar