Obyek
Filsafat
Pada
umumnya ilmu memiliki dua obyek yaitu obyek material dan obyek formal. Obyek
material merupakan suatu hal yang menjadi sasaran penyelidikan atau pemikiran
sesuatu yang dipelajari dengan baik berupa benda-benda kongkret atau yang berbentuk
abstrak. Obyek material ini bersifat kongkret. Sedangkan obyek material yang
bersifat absrak seperti nilai-nilai, ide-ide, paham-paham, dan sebagainya.
Dalam sejarah kefilsafatan dalam diberi contoh obyek material filsafat, yaitu:
a)
Menurut
Aristoteles
Tujuan tertinggi yang ingin dicapai
ialah “kebahagiaan”. Kebahagiaan ini bukan kebahagiaan yang bersifat subyektif,
tertapi melainkan sesuatu keadaan yang sedemikian rupa, sehingga segala sesuatu
yang termasuk keadaan bahagia itu terdapat pada manusia. Tujuan yang dikejar
adalah demi kepentingan diri sendiri, bukan demi kepentingan orang lain. Isi
kebahagiaan tiap makhluk yang berbuat ialah bahwa perbuatan sendiri yang
sifatnya khusus itu disempurnakan. Jadi kebahagiaan manusia terletak di sini,
bahwa aktivitas yang khas miliknya sebagai manusia itu disempurnakan.
b)
Menurut
Epikorus
Tujuan hidup adalah kenikmatan dan
kepuasan, yang tercapai jika batin orang tenang dan tubuhnya sehat. Ketenangan
batin timbul jikalau segala keinginan dipuaskan, segala sehingga tiada sesuatu
pun yang diinginkan lagi. Di sini orang hanya akan menikmati saja. Jadi makin
sedikit keinginan, makin besar kebahagiaan. Oleh karena itu orang wajib
membatasi apa yang diinginkan. Jikalau orang terpaksa harus memilih di antaran
macam-macam keinginan, hendaknya dipilih keinginan yang dapat memberi
kenikmatan yang mendalam dan yang lama. Orang bijak tau seni untuk menikmati
selama dan sedalam mungkin.
Dengan
demikian obyek material filsafat adalah segala sesuatu yang ada (baik ada dalam
kenyataan, ada dalam pikiran, dan ada dalam kemungkinan). Sedangkan obyek
formal filsafat merupakan sudut pandang atau cara memandang terhadap obyek
material, termasuk prinsip-prinsip yang digunakan. Sedangkan obyek formal
filsafat merupakan sudut pandang atau cara prinsip-prinsip yang digunakan.
Dalam hal ini berarti hakikat, essensi (aspek keumuman, keuniversalan) dari
obyek materialnya merupakan obyek formal filsafat.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar