Sistem
dan Metode Filsafat
Sistem
merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh terdiri dari beberapa unsur dimana
unsur-unsur tersebut memiliki hubungan satu sama lain sehingga tersusun dalam
suatu tata tertib yang mengandung arah perkembangan yang dinamis untuk mencapai
kesempurnaan dan kebenaran sebagai tujuan.
Metode
dapat pula diuraikan ilmiah penelitian, metode ilmiah. Dalam arti luar metode
adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu dengan tujuan agar
aktivitas praktis dapat terlaksanan secara rasional dan terarah supaya dapat
mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Metode
filsafat ini sangat beraneka ragam hampir sama banyaknya dengan jumlah ragam
filsafat dalam berbagai paham atau generasi. Dalam hal ini ada beberapa metode
filsafat yang penting dan menonjol antara lain yaitu, metode kritis, metode
intuitif, metode skolatik, metode matematis dan metode empiris, metode
transendental, metode dialektis, metode fenomenologi, metode neo-positivistis
dan metode analitika bahasa. Selain itu ada beberapa metode lainnya, misalnya,
metode rasional dan sebagainya.
Di
dalam Dictionary of Philosophy yang dikutip oleh Dr. Anton Bakker disebutkan
adanya sepuluh metode filsafat konkret, yaitu:
a)
Metode Kritis : Sokrates, Plato
Bersifat analisa
istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan
melihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan,
membersihkan, menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.
b)
Metode intuitif : Platinos, Bergson
Dengan jalan instropeksi
pembersihan intelektual (bersama dengan pensucian moral), sehingga tercapai
sesuatu penerangan pikiran. Bergson: dengan jalan pembauran antara kesadaran
dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.
c)
Metode sklolastik (filsafat abad
pertengahan) : Aristoteles, Tomas Aquinas
Bersifat
sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau
prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.
d)
Metode matematis : Descartes dan
pengikutnya
Melalui analisa
mengenai hal-hal yang kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana
(ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu didedeksikan
secara sistematis segala pengertian lainnya.
e)
Metode empiris : Hobbes, Locke,
Barkeley, Hume
Hanya pengalaman lah
yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam
introspeksi dibandingkan dengan serapan-serapan dan kemudian disusun bersama
dengan geometris.
f)
Metode transendental : Kant,
Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya
pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori
bagi pengertian sedemikian.
g)
Metode dialektis : Hegel, Marx
Dengan jalan mengikkuti
dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis dicapai
hakikat kenyataan.
h)
Metode fenomenologis : Husserl,
eksistensialisme
Dengan jalan beberapa
pemotongan sistematis, refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai
penglihatan hakikat-hakikat murni.
i)
Metode Neo-Positivisme
Kenyataan dipahami
menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku
pada ilmu pengetahuan positif.
j)
Metode analitika bahasa : wittgenstein
Dengan jalan analisis
pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan
filosofi.
Metode-metode
tersebut di atas memiliki arti tersendiri di dalam penelitian kefilsafatan.
Dalam kenyataannya metode-metode tersebut didukung oleh filsuf-filsuf besar
pada zamannya. Tiap-tiap metode memiliki segi kuat dan lemah masing-masing.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
thanks mbak wort it banget
BalasHapus