Minggu, 14 Juni 2015

Sistem dan Metode Filsafat



Sistem dan Metode Filsafat

Sistem merupakan suatu kesatuan yang menyeluruh terdiri dari beberapa unsur dimana unsur-unsur tersebut memiliki hubungan satu sama lain sehingga tersusun dalam suatu tata tertib yang mengandung arah perkembangan yang dinamis untuk mencapai kesempurnaan dan kebenaran sebagai tujuan.
Metode dapat pula diuraikan ilmiah penelitian, metode ilmiah. Dalam arti luar metode adalah cara bertindak menurut sistem aturan tertentu dengan tujuan agar aktivitas praktis dapat terlaksanan secara rasional dan terarah supaya dapat mencapai hasil yang sebaik-baiknya.
Metode filsafat ini sangat beraneka ragam hampir sama banyaknya dengan jumlah ragam filsafat dalam berbagai paham atau generasi. Dalam hal ini ada beberapa metode filsafat yang penting dan menonjol antara lain yaitu, metode kritis, metode intuitif, metode skolatik, metode matematis dan metode empiris, metode transendental, metode dialektis, metode fenomenologi, metode neo-positivistis dan metode analitika bahasa. Selain itu ada beberapa metode lainnya, misalnya, metode rasional dan sebagainya.
Di dalam Dictionary of Philosophy yang dikutip oleh Dr. Anton Bakker disebutkan adanya sepuluh metode filsafat konkret, yaitu:
a)                  Metode Kritis : Sokrates, Plato
Bersifat analisa istilah dan pendapat. Merupakan hermeneutika, yang menjelaskan keyakinan, dan melihatkan pertentangan. Dengan jalan bertanya (berdialog), membedakan, membersihkan, menyisihkan dan menolak, akhirnya ditemukan hakikat.

b)                 Metode intuitif : Platinos, Bergson
Dengan jalan instropeksi pembersihan intelektual (bersama dengan pensucian moral), sehingga tercapai sesuatu penerangan pikiran. Bergson: dengan jalan pembauran antara kesadaran dan proses perubahan, tercapai pemahaman langsung mengenai kenyataan.

c)                  Metode sklolastik (filsafat abad pertengahan) : Aristoteles, Tomas Aquinas
Bersifat sintesis-deduktif. Dengan bertitik tolak dari definisi-definisi atau prinsip-prinsip yang jelas dengan sendirinya, ditarik kesimpulan-kesimpulan.

d)                 Metode matematis : Descartes dan pengikutnya
Melalui analisa mengenai hal-hal yang kompleks, dicapai intuisi akan hakikat-hakikat sederhana (ide terang dan berbeda dari yang lain); dari hakikat-hakikat itu didedeksikan secara sistematis segala pengertian lainnya.

e)                  Metode empiris : Hobbes, Locke, Barkeley, Hume
Hanya pengalaman lah yang menyajikan pengertian benar, maka semua pengertian (ide-ide) dalam introspeksi dibandingkan dengan serapan-serapan dan kemudian disusun bersama dengan geometris.

f)                  Metode transendental : Kant, Neo-Skolastik
Bertitik tolak dari tepatnya pengertian tertentu, dengan jalan analisis diselidiki syarat-syarat apriori bagi pengertian sedemikian.

g)                 Metode dialektis : Hegel, Marx
Dengan jalan mengikkuti dinamika pikiran atau alam sendiri, menurut triade tesis, antitesis dicapai hakikat kenyataan.

h)                 Metode fenomenologis : Husserl, eksistensialisme
Dengan jalan beberapa pemotongan sistematis, refleksi atau fenomin dalam kesadaran mencapai penglihatan hakikat-hakikat murni.

i)                   Metode Neo-Positivisme
Kenyataan dipahami menurut hakikatnya dengan jalan mempergunakan aturan-aturan seperti berlaku pada ilmu pengetahuan positif.

j)                   Metode analitika bahasa : wittgenstein
Dengan jalan analisis pemakaian bahasa sehari-hari ditentukan sah atau tidaknya ucapan-ucapan filosofi.

Metode-metode tersebut di atas memiliki arti tersendiri di dalam penelitian kefilsafatan. Dalam kenyataannya metode-metode tersebut didukung oleh filsuf-filsuf besar pada zamannya. Tiap-tiap metode memiliki segi kuat dan lemah masing-masing.




Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

1 komentar: