Minggu, 14 Juni 2015

Kompetensi Sosial Anak



Kompetensi Sosial Anak

A.      Pengertian Kompetensi
Menurut Rustyah, kompetensi mengandung makna pengetahuan, keterampilan, dan nilai-nilai dasar yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir, dan bertindak. Herry berpendapat bahwa kompetensi itu adalah kemampuan melaksanakan tugas yang diperoleh melalui pendidikan atau latihan.
Sedangkan Fich dan Crunkilton dalam Mulyasa (2004: 38) mengemukakan bahwa kompetensi adalah pengusaan terhadap suatu tugas, keterampilan, sikap, dan apresiasi yang diperlukan untuk menunjang keberhasilan.
Kompetensi juga mengandung arti diantaranya:
1.             kemampuan atau kecakapan yang cukup/memadai, keadaan cakap, mampu, tangkas
2.        properti atau sarana penopang ynag memadai untuk melengkapi kebutuhan dan kenyamanan hidup tanpa jumlah yang berlebih-lebihan
3.      dalam hukum: kapasitas hukum, kualifikasi, kekuasaan, yuridis, atau kesesuaian, seperti kompetensi seseorang saksi untuk bersaksi, kompetensi hakim untuk mengadili sebuah kasus.
Adapun tipe karakteristik kompetensi diantaranya yaitu:
1.             motif-motif (motives), yang dimaksud dengan motf adalah sesuatu yang dipikirkan dan diinginkan, yang menyebabkan adanya sesuatu tindakan seseorang
2.             ciri-ciri (traits), ciri-ciri disini berarti karakteristik fisik dan respon-respon yang diberikan terhadap sesuatu situasi atau informasi
3.         konsep diri (self-concept), konsep diri pada karakteristik kompetensi berarti sikap-sikap, nilai-nilai atau gambaran tentang diri sendiri seseorang
4.           pengetahuan (knowledge), pengetahuan disini berarti suatu informasi yang dimiliki seseorang dalam area spesifik tertentu
5.      keterampilan (skill), keterampilan disini bermakna sebagai kecakapan seseorang untuk menampilkan tugas fisik atau tugas mental tertentu.
Dalam diri seseorang mempunyai level kompetensi sendiri yang terdiri dari 2 bagian level kompetensi, yaitu bagian yang bagian yang dapat dilihat dan dikembangkan atau sering disebut permukaan, seperti pengetahuan dan keterampilan, dan bagian yang tidak dapat dilihat dan sulit dikembangkan yang disebut juga sebagai sentral atau inti kepribadian, seperti sifat-sifat motif, sikap, dan nilai-nilai.
Jadi, kompetensi anak adalah kemampuan yang harus dimiliki/dicapai oleh anak setelah mengikuti pembelajaran yang kemampuan tersebut merupakan perpaduan dari pengetahuan, keterampilan, nilai, dan sikap yang direfleksikan dalam kebiasaan berpikir dan bertindak. Kompetensi itu mencakup tugas, keterampilan sikap dan apresiasi tertentu. Oleh karena itu seseorang yang telah memiliki kompetensi dalam bidang tertentu maka ia bukan hanya mengetahui saja tetapi juga dapat memahami dan menghayati bidang tersebut yang tercemin dalam pola perilaku sehari-hari.

B.       Kompetensi Sosial
Pellegrini dan Glickman mendefinisikan kompetensi sosial pada anak sebagai “the degree to which children adapt to their school and home environment”, yang berarti bahwa kompetensi sosial adalah suatu kemampuan anak untuk beradaptasi dengan lingkungan rumah maupun lingkungan sekolahnya.
Menurut Benard, kompetensi sosial itu merupakan kemampuan memecahkan masalah, kemampuan untuk mengembangkan rasa identitas, serta kemampuan untuk berencana dan berharap.
Menurut Sumardi, kompetensi sosial adalah kemampuan seseorang berkomunikasi, bergaul, bekerja sama, dan memberi kepada orang lain. Pendapat Sumardi itu mengutip dari pendapat Gardner bahwa kompetensi sosial sebagai social intellgence atau kecerdasan sosial, dimana kecerdasan sosial itu merupakan salah satu dari sembilan kecerdasan.
Ross-Krasnor mendefinisikan kompetensi sosial merupakan keefektifan dalam berinterasi, hasil dari perilaku-perilaku teratur yang memenuhi kebutuhan-kebutuhan pada masa perkembangan dalam jangka pendek maupun dalam jangka panjang.
Menurut Vaughn dan Waters, kompetensi sosial adalah kemampuan anak untuk mengajak maupun merespon teman-temannya dengan perasaan positif, tertarik untuk berteman dengan teman-temannya serta diperhatikan dengan baik oleh mereka, dapat memimpin dan juga mengikuti, mempertahankan sikap memberi dan menerima dalam berinteraksi dengan temannya dikarenakan anak-anak pra sekolah lebih memilih teman bermain yang berprilaku proporsional.
Jadi, kompentensi sosial pada anak adalah suatu kemampuan untuk berinteraksi, komunikasi, serta kemampuan beradaptasi kepada teman sebaya, lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, maupun lingkungan rumah.
Kompetensi sosial juga mempunyai hubungan yang erat dengan penyesuaian sosial dan kualitas interaksi antar pribadi. Membangun suatu kompetensi sosial pada kelompok bermain anak dapat dimulai dari interaksi di antara anak-anak. Interaksi itu pun dapat dibangun dari bermain dalam hal-hal yang sederhana, misalnya bermain antar peran, mentaati tata tertib dalam suatu kelompoknya, sehingga kompetensi sosial itu pun dapat terbentuk pada anak.
Keberhasilan untuk masuk dan menjadi bagian dari kelompok teman sebaya atau kompetensi dengan teman bukanlah suatu hal yang mudah. Hal ini tidak diukur dengan menghitung banyaknya jumlah teman, maupun hubungan seorang anak sebagian besar dalam bentuk agresi atau asimetris terus-menerus. Hal itu pun tidak sama sekali menunjukkan kompetensi sosial walaupun dia sering berinteraksi. Namun sebaliknya, bermain sendiri bukan berarti bahwa ia kurang berkompetensi sosial, karena bermain sendiri berbeda dengan ‘sendirian” namun ia berada di dekat kelompok tetapi tidak bergabung.
Interaksi dengan teman sebaya juga merupakan satu sumber utama perkembangan sosial maupun kognitif, khususnya perkembangan empati. Dalam lingkungan tetangga, rumah dan sekolah, anak dapat belajar membedakan bermacam-macam hubungan teman sebaya-sahabat, teman bergaul, teman dalam kegiatan tertentu, kenalan baru, dan orang asing. Dengan membangun dan memelihara hubungan antar teman sebaya dan pengalaman sosial, terutama melalui konflik teman sebaya, anak tersebut dapat memperoleh pengetahuan mengenal dirinya dan dapat belajar tentang interaksi sosial
Menurut Oden (1987), anak prasekolah masih kurang mampu membedakan antara sahabat dan teman biasa dibanding anak usia sekolah, tetapi mereka juga mempunyai alasan mengapa tidak suka berinteraksi dengan teman tertentu. Dikalangan anak-anak prasekolah persahabatan terbentuk karena adanya kesamaan minat dan hubungan timbal balik yang nyata. Pandangan anak terhadap sahabatnya juga berpusat pada pemahaman, kesetiaan, dan kepercayaan yang baik.
Sekolah merupakan lingkungan dimana anak tidak hanya memperoleh akamdemik saja, tetapi merupakan tempat dimana mereka memperoleh pengalaman interaksi sosial dan emosional dengan orang dewasa dan teman sebayanya juga, yang memungkinkan mereka untuk memupuk harga diri dan mengembangkan kompetensi sosialnya. Pengalaman tersebut sangat penting untuk meningkatkan keberhasilan dikemudian hari dalam membina hubungan sosial, karir, dan pencapaian cita-cita pribadinya. Oleh karena itu sekolah juga merupakan hal yang penting untuk mendukung kebutuhan perkembangan anak secara luas.
Menurut Adam (1983), ada 3 komponen yang memungkinkan seseorang anak membangun dan menjalin hubungan yang positif dengan teman sebayanya yaitu:
1.             pengetahuan tentang keadaan emosi yang tepat untuk situasi sosial tertentu (pengetahuan sosial)
2.             kemampuan untuk berempati dengan orang lain (empati)
3.             percaya pada kekuatan diri sendiri.
Kompetensi sosial juga dapat dilihat sebagai perilaku prososial, altruistik, dan bekerja sama. Kriteria seorang anak yang sangat disukai oleh orang tua dan guru-guru pada umumnya mampu mengatasi kemarahan dengan baik, mampu merespon secara langsung, melakukan cara-cara yang dapat meminimalisasi konflik yang lebih jauh dan mampu mempertahankan hubungannya.
Kompetensi sosial merupakan fenomena unidemensional. Hal-hal yang disepakati oleh para ahli psikologi sebagai aspek kompetensi sosial anak adalah perilaku propososial (seperti suka menolong, dermawan, empati, dll) dan sosial inisiatif (seperti aktif untuk melakukan inisiatif dalam situasi interaksi sosial tertentu.
Dalam bermasyarakat, anak dapat dikatakan sebagai berkompeten secara sosial jika perilaku mereka bertanggung jawab, mandiri atau tidak bergantung pada oranglain, mampu bekerja sama, perilakunya mempunyai tujuan tertentu, dan bukan yang impulsif. Sedangkan anak dapat dikatakan tidak berkompeten jika perilakunya seenaknya, tidak ramah, serta oposan. Kompetensi sosial dari mood positif yang menetap, harga diri, tanggung jawab sosial yang mencakup kemampuan untuk berinteraksi dengan orang dewasa, perilaku menolong terhadap teman sebaya dan kematangan moral, orientasi terhadap prestasi, sikap kepemimpinan terhadap teman sebaya, serta perilaku yang berorientasi pada tujuan dan gigih. Aspek kompetensi sosial yaitu memperlihatkan sosial, simpati, penghargaan, tolong menolong dan cinta. Kompentesi emosi terdiri atas aspek ekspresi, emosi, pengetahuan emosi, dan regulasi emosi juga memberikan kontribusi pada kompetensi sosial.
 Masalah-masalah sosial, seperti pertikaian dalam keluarga, perceraian dan kemiskinan, juga mempengaruhi perkembangan kompetensi sosial pada anak. Karena masalah-masalah keluarga membuat anak menjadi kurang berinteraksi dengan orangtuannya, serta kondisi kemiskinan dapat mengurangi kesempatan bagi anak untuk berkembang secara positif.
Jadi dapat disimpulkan bahwa perkembangan kompetensi sosial pada anak sudah dimulai sejak awal masa kehidupannya, dan kompetensi sosial pada anak sangat dipengaruhi  oleh interaksi dengan orang terdekatnya baik dalam lingkungan rumah, tetangganya, sekolahnya, maupun lingkungan sosialnya yang lebih luas.




Sumber:
Denham, S., A., & Queenan, P., 2003. Preschool Emotional Competence: Pathway To Social Competence. Journal Of Child Development. Vol. 74, No 1, 238-256.

Adam, G., R., 1983. Social Competence During Adolescence: Social Sensitivity, Locus Of Control, And Peer Popularity. Journal Of Yoauth And Adolescence. Vol. 12, No 03, 203-211.

Hagekull, B., & Bohlin, G., 1997. Measurement Of Two Social Competence Aspect In Middle Childhood. Journal Of Development Psychology. Vol. 33, No. 05, 824-833.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar