Aliran
Tomisme
Nama aliran atau paham
ini disandarkan kepada Thomas Aquinas salah seorang tokoh Skolastik Barat yang
hidup pada tahun 1225-1275 M. Ada yang berpendapat bahwa Thomas hanya
menyesuaikan kepada Aristoteles dengan ajaran Katolik. Hal demikian ini
tidaklah betul. Ia memang mempergunakan ajaran Aristoteles benar-benar, tetapi
sebaliknya ia menyusun sistem yang berlainan dari sistem Aristetoles. Barang
siapa sungguh-sunguuh mempelajari sifat Thomas akan tidak keberatan apabila
menyebut aliran ini “tomisme”.
Warisan buku Thomas
amatlah banyak dan sampai sekarang juga masih dipelajari orang dan malahan
menjadi pedoman dalam aliran yang masih banyak penganutnya. Dalam tulisannya
Thomas memajukan pendapat-pendapatnya tentang teologi, maupun tentang filsafat.
Dikatakannya bahwa 2 hal ini merupakan ilmu yang berdaulat sepenuhnya.
Kedaulatan budi diakui sepenuhnya oleh Thomas.
Dalam paham ini
meliputi cabang filsafat ontologi, antropologi, etika, dan cabang-cabang lain
yang penting. Di bidang ontologi Thomas memberikan lima bukti, yaitu:
a.
Adanya gerak di dunia mengharuskan kita
menerima bahwa ada Penggerak Pertama yaitu Allah. Menurut Thomas, apa yang
bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Seandainya sesuatu yang
digerakkan itu menggerakkan diri sendiri, maka yang menggerakkan diri sendiri
itu harus digerakkan oleh sesuatu yang lain lagi. Gerak menggerakkan ini tidak
dapat berjalan tanpa batas.
b.
Di dalam dunia yang diamati ini terdapat
suatu tata tertib sebab yang membawa hasil atau berdayaguna tidak pernah ada
sesuatu yang diamati, yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri.
Karena seandainya ada, hal yang menghasilkan dirinya sendiri itu tentu harus
mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin, sebab yang berdayaguna yang
menghasilkan dirinya sesuatu yang lain itu, juga tidak dapat ditarik hingga
tiada batasnya.
c.
Di dalam alam semesta terdapat hal-hal
yang mungkin “ada” dan “tidak ada”. Oleh karena itu semuanya tidak ada dengan
sendirinya tetapi diadakan, dan oleh karena itu semua itu juga dapat menjadi
rusak, maka ada kemungkinan semuanya itu “ada”, atau semuanya itu “tidak ada”.
Tidak mungkin, bahwa semuanya itu senantiasa ada. Sebab apa yang mungkin “tidak
ada” pada suatu waktu memang tidak ada. Oleh karena itu segala sesuatu memang
mungkin “tidak ada”, maka mungkin pada suatu waktu mungkin saja tidak ada
sesuatu.
d.
Diantara segala yang ada terdapat
hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar, dan lain
sebagainya. Apa yang disebut kurang baik atau lebih baik, itu tentu disebabkan
dengan sesuatu yang menyerupainya., yang dipakai sebagai tolak ukur. Apa yang
lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi apabila ada
yang kurang baik, yang baik atau yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya
yang terbaik.
e.
Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu
yang tidak seperti umpamanya; tubuh alamiah, berbuat menuju kepada akhirnya.
Hal ini tampak dari caranya segala sesuatu yang tidak berakal tadi berbuat,
yaitu senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik. Dari
situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai
akhirnya, tetapi memang dibuat begitu.
Paham
tomisme ini muncul pada abad pertengahan terutama pada masa Skolastik, setelah
memasuki abad modern baru muncul paham-paham seperti rasionalisme, empirisme,
dan kritisme.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar