Jumat, 26 Juni 2015

Aliran Tomisme



Aliran Tomisme

Nama aliran atau paham ini disandarkan kepada Thomas Aquinas salah seorang tokoh Skolastik Barat yang hidup pada tahun 1225-1275 M. Ada yang berpendapat bahwa Thomas hanya menyesuaikan kepada Aristoteles dengan ajaran Katolik. Hal demikian ini tidaklah betul. Ia memang mempergunakan ajaran Aristoteles benar-benar, tetapi sebaliknya ia menyusun sistem yang berlainan dari sistem Aristetoles. Barang siapa sungguh-sunguuh mempelajari sifat Thomas akan tidak keberatan apabila menyebut aliran ini “tomisme”.
Warisan buku Thomas amatlah banyak dan sampai sekarang juga masih dipelajari orang dan malahan menjadi pedoman dalam aliran yang masih banyak penganutnya. Dalam tulisannya Thomas memajukan pendapat-pendapatnya tentang teologi, maupun tentang filsafat. Dikatakannya bahwa 2 hal ini merupakan ilmu yang berdaulat sepenuhnya. Kedaulatan budi diakui sepenuhnya oleh Thomas.
Dalam paham ini meliputi cabang filsafat ontologi, antropologi, etika, dan cabang-cabang lain yang penting. Di bidang ontologi Thomas memberikan lima bukti, yaitu:
a.              Adanya gerak di dunia mengharuskan kita menerima bahwa ada Penggerak Pertama yaitu Allah. Menurut Thomas, apa yang bergerak tentu digerakkan oleh sesuatu yang lain. Seandainya sesuatu yang digerakkan itu menggerakkan diri sendiri, maka yang menggerakkan diri sendiri itu harus digerakkan oleh sesuatu yang lain lagi. Gerak menggerakkan ini tidak dapat berjalan tanpa batas.
b.             Di dalam dunia yang diamati ini terdapat suatu tata tertib sebab yang membawa hasil atau berdayaguna tidak pernah ada sesuatu yang diamati, yang menjadi sebab yang menghasilkan dirinya sendiri. Karena seandainya ada, hal yang menghasilkan dirinya sendiri itu tentu harus mendahului dirinya sendiri. Hal ini tidak mungkin, sebab yang berdayaguna yang menghasilkan dirinya sesuatu yang lain itu, juga tidak dapat ditarik hingga tiada batasnya.
c.              Di dalam alam semesta terdapat hal-hal yang mungkin “ada” dan “tidak ada”. Oleh karena itu semuanya tidak ada dengan sendirinya tetapi diadakan, dan oleh karena itu semua itu juga dapat menjadi rusak, maka ada kemungkinan semuanya itu “ada”, atau semuanya itu “tidak ada”. Tidak mungkin, bahwa semuanya itu senantiasa ada. Sebab apa yang mungkin “tidak ada” pada suatu waktu memang tidak ada. Oleh karena itu segala sesuatu memang mungkin “tidak ada”, maka mungkin pada suatu waktu mungkin saja tidak ada sesuatu.
d.             Diantara segala yang ada terdapat hal-hal yang lebih atau kurang baik, lebih atau kurang benar, dan lain sebagainya. Apa yang disebut kurang baik atau lebih baik, itu tentu disebabkan dengan sesuatu yang menyerupainya., yang dipakai sebagai tolak ukur. Apa yang lebih baik adalah apa yang lebih mendekati apa yang terbaik. Jadi apabila ada yang kurang baik, yang baik atau yang lebih baik, semuanya mengharuskan adanya yang terbaik.
e.              Kita menyaksikan, bahwa segala sesuatu yang tidak seperti umpamanya; tubuh alamiah, berbuat menuju kepada akhirnya. Hal ini tampak dari caranya segala sesuatu yang tidak berakal tadi berbuat, yaitu senantiasa dengan cara yang sama untuk mencapai hasil yang terbaik. Dari situ tampak jelas, bahwa tidak hanya kebetulan saja semuanya itu mencapai akhirnya, tetapi memang dibuat begitu.
Paham tomisme ini muncul pada abad pertengahan terutama pada masa Skolastik, setelah memasuki abad modern baru muncul paham-paham seperti rasionalisme, empirisme, dan kritisme.


Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta: Rineka Cipta

Tidak ada komentar:

Posting Komentar