Masalah
Metode-Metode
Dalam
filsafat sulit sekali untuk membahas metode sebab terdapat beberapa paham atau
aliran filsafat yang pada umumnya memiliki metode tersendiri. Walaupun sulit
sekali untuk membahas metode filsafat, namun dalam hal ini dapat disebutkan
beberapa metode-metode filsafat, yaitu metode kritis, metode intuitif, metode
skolastik, metode geometris, metode eksperimentil, metode kritis tramkudental,
metode dialetis dan metode analisa bahasa. Metode-metode tersebut tetap
mengikuti hakikat umum sebagaimana terdapat dalam metode-metode ilmiah umum.
Ada dua metode ilmiah, yaitu
metode-metode ilmiah umum dan metode-metode ilmiah khusus.
a)
Metode-metode
Ilmiah Umum
Sistematisasi metode-metode ilmiah kerap mengacaukan
metode-metode umum yang berlaku bagi semua ilmu dan bagi segala pengetahuan,
dan metode-metode yang hanya berlaku bagi ilmu khusus. Metode-metode umum kerap
dikaitkan dengan ilmu pengetahuan tertentu saja. Misalnya metode rasional hanya
dibatasi oleh filsafat, metode sintesis menunjukkan metode filsafat tertentu,
metode deskriptif dibatasi oleh ilmu natural atau sosial, metode induktif
dibatasi oleh metode eksperimen, metode deduktif dibatasi padailmu yang pasti,
sedangkan metode intropeksi hanya dibatasi oleh ilmu psikologi.
b)
Metode-metode
Ilmiah Khusus
Di dalam semua metode ilmiah khusus ini diterapkan
semua unsur metode umum. Namun sesuai dengan sifat ilmu tertentu, unsur-unsur
itu semua bersama mendapat arti dan sifat lain. Dan dalam rangka metode ilmiah
khusus juga menjadi mungkin unsur-unsur tertentu mendapat tekanan dan kedudukan
yang berbeda. Misalnya induksi mempunyai arti dan fungsi dalam ilmu pasti,
dalam ilmu alam, ilmu mendidik, atau dalam filsafat. Begitu juga halnya dengan
analogi, contoh, dan sebagainya.
Sepanjang sejarah kefilsafatan telah banyak
diungkapkan metode filsafat oleh para filsuf. Dalam kaitan ini dapat dihadirkan
dan metode kefilsafatan yang muncul pada zaman renaissance dari Francis Bacon
dan pada zaman idealisme Jerman (abad ke-19) dari Ficthe.
Francis Bacon menekankan bahwa ilmu pengetahuan
hanya dapat diusahakan dengan pengamatan, percobaan-percobaan dan penyusunan
fakta-fakta. Sekalipun demikian ia tidak berhasil memajukan ilmu pengetahuan,
sebab ia hanya tau tentang apa yang telah dicapai orang pada zamannya saja.
Berbeda hal dengan metode yag dikemukakan oleh
Fichte, ia mengemukakan metode deduktif. Dengan metode dedukti Fichte mencoba
menurunkan dari Ego atau “Aku”, adanya benda-benda. Karena Ego berpikir,
berefleksi, mengiakan diri, maka benda-benda ada. Mengiakan diri dan berada
ini, jikalau diterapkan kepada Ego, dipandang sebagai identik. Setelah Ego
mengiakan diri, maka “bukan Ego” dinyatakan. Jadi hukum berpikir dipandang
sebagai sama dengan hukum alam.
Demikianlah fakta dasar dalam alam semesta adalah
Ego yang bebas atau roh yang bebas. Dunia adalah suatu hasil ciptaan roh yang
bebas. Dengan demikian terbukti bahwa setiap paham kefilsafatan maupun filsuf
memiliki metode kefilsafatan tersendiri yang khas.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar