Beberapa
Paham tentang Manusia
Pandangan tentang manusia di dalam
pemikiran filsafat berkisar pada empat kelompok besar yaitu:
a)
a. Materialisme
b. Idealisme
c)
c. Rasionalisme
d)
d. Irrasionalisme
Materialisme
telah diawali sejak filsafat Yunani yakni sejak munculnya filsuf alam yunani,
kemudia kaum Stoa dan Epikurisme. Paham ini mulai memuncak pada abad ke-19 di
Eropa. Materialisme eksteim memandang bahwa manusia adalah terdiri dari materi
belaka.
Pandangan
Lamettrie (1709-1751) sebagai pelopor materialisme menyebutkan bahwa manusia
tidak lain daripada binatang, binatang tak berjiwa, material belaka, jadi
manusia pun material belaka. Maka dibuktikanlah, bahwa yang disebut jiwa itu
dalam tindakan yang sebenarnya tergantung kepada material, sedangkan badan atau
material dapat bertindak tanpa jiwa.
Materialisme
ini dalam antropologia disebut materialisme ekstrim, karena aliran ini
mengingkari kerohanian dalam bentuk apa pun juga, malahan mengingkari adanya
pendorong hidup. Aliran ini sama sekali tidak memperdulikan adanya sifat-sifat
jasmani belaka. Walaupun pada mulanya materialisme ini banyak pengaruhnya, akan
tetapi dalam kalangan filsafat tidak lama pengaruh itu. Materialisme ini
dianggap hanya lari dari keterangan dan tidak dapat menjawab soal penting yang
mau tidak mau disadari manusia.
Kebalikan
dari materalisme adalah idealisme. Kalau pandangan materialisme didasarkan atas
material, jadi yang berubah-ubah dan tidak kekal, yang hilang sesudah hidup ini
hilang, sedangkan pandangan idelisme terhadap manusia memangkalkannya kepada
yang umum, yang tidak berubah-ubah, abadi, yang masih terus ada sesuadah hidup
ini habis.
Menurut
pandangan umum Plato dunia bermacam-macam yang berlaku juga bagi manusia, jiwa
manusia sebelum ada di dunia ini adalah di dunia idea dan di sana adalah
sebelum manusia ada di dunia. Hanya karena sesuatu hal jiwa yang turun ke dunia
pengamatan ini dan bersatu dengan badan seperti ada dalam penjara atau
kurungan.
Bagi
Neoplatinisme satu-satunya realitas ialah idea yang tertinggi Yang Esa. Segala
sesuatunya di dunia pengamatan itu, pun manusia, tidak lain dari pancaran Yang
Esa. Tugas manusia haruslah ia kembalikan kepada asal mulanya. Manusia sejati
adalah manusia yang bersatu dengan Tuhan, kebahagiaannya terdiri dari
kesatuannya dengan Tuhan. Dari renungannya neoplatinisme memang sampai kepada
paham serba Tuhan.
Dalam
idealisme terdapat beberapa corak, yaitu: idealisme etis, idealisme estetis,
dan idelisme Hegel. Idealisme yang terakhir ini memandang bahwa manusia itu
pada dasarnya adalah penjelmaan ide dalam alam sebagai penjelmaan tertinggi.
Penjelmaan tersebut melalui beberapa fase roh mutlak.
Paham
rasionalisme dan irrasionalisme bukanlah merupakan dua paham yang saling
bertentangan seperti materialisme dan idealisme. Pelopor rasionalisme adalah
Rere Descarles yang menyatakan dengan tegas bahwa manusia itu terdiri dari
jasmaninya dengan keluasannya serta budi dengan kesadarannya.
Paham rasionalisme merupakan pandangan
yang berdasarkan atas rasio atau sekurang-kurangnya amat mementingkan arti
rasio dalam kemanusiaan, sedangkan paham irrasionalisme belum tentu mengingkari
rasio atau mengabaikan adanya rasio itu serta artinya bagi manusia. Yang
dimaksud dengan pandangan manusia yang irrasionalistis itu ialah
pandangan-pandangan:
a) a. Yang mengingkari adanya rasio
b) b. Yang kurang menggunakan rasio walaupun
tidak mengingkarinya
c) c. Terutama pandangan yang mencoba
mendekati manusia dari lain pihak serta kalau dapat dari keseluruhan
pribadinya.
Jadi,
penggolongan filsafat manusia dalam rasionalisme-irrasionalisme bukanlah
penggolongan idelisme-materialisme melainkan hanya pandangan dari sudut lain.
Dengan demikian semua aliran materalisme harus dimasukkan ke dalam
inarionalisme. Hal ini dapat dibuktikan dalam gagasan-gagasannya mengenai
manusia.
Sumber:
Sudarsono, Drs. 2008. Ilmu Filsafat Suatu Pengantar. Jakarta:
Rineka Cipta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar