Minggu, 14 Juni 2015

Intelijensi



Intelijensi

A.  PENGERTIAN INTELIJENSI
Intelijensi ialah kemampuan yang dibawa sejak lahir, yang memungkinkan seseorang berbuat sesuatu dengan cara yang tertentu. Menurut William Stern, intelijensi ialah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berpikir yang sesuai dengan tujuannya.
William Stern berpendapat bahwa intelijensi sebagian besar tergantung dengan dasar dan turunan. Pendidikan atau lingkungan tidak begitu berpengaruh kepada intelijensi seseorang. Prof. Waterink (seorang Mahaguru di Amsterdam), menyatakan bahwa menurut penyelidikannya belum dapat dibuktikan bahwa intelijensi dapat diperbaiki atau dilatih. Sedangkan menurut penyelidikannya Frohn bahwa intelijensi pada pada anak-anak yang lemah pikiran dapat juga dididik dengan cara yang lebih tepat.

B.  CIRI-CIRI PERBUATAN INTELIJEN
Ciri-ciri perbuatan dapat dianggap intelijensi apabila memenuhi syarat:
1.        Masalah yang dihadapi banyak sedikitnya merupakan masalah yang baru bagi yang bersangkutan
2.        Perbuatan intelijensi sifatnya serasi tujuan dan ekonomisnya
3.        Masalah yang dihadapi, harus mengandung suatu tingkat kesulitan bagi yang bersangkutan
4.        Keterangan pemecahannya harus dapat diterima oleh masyarakat
5.        Dalam berbuat intelijen seringkali menggunakan daya mengabstraksi
6.        Perbuatan intelijen bercirikan kecepatan
7.  Membutuhkan pemusatan perhatian dan menghindarkan perasaan yang menggangu jalannya pemecahan masalah yang sedang dihadapi.

C.  FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI INTELIJENSI SESEORANG
Faktor-faktor yang mempengaruhi intelijensi, sehingga terdapat perbedaan-perbedaan intelijensi seseorang, yaitu:
1.        Pembawaan: Pembawaan ditentukan oleh sifat-sifat dan ciri-ciri yang dibawa sejak lahir.
2.        Kematangan: Tiap organ yang ada ditubuh manusia pengalami pertumbuhan dan perkembangan. Tiap organ dapat dikatakan telah matang jika ia telah mencapai kesanggupan menjalankan fungsinya masing-masing.
3.  Pembentukan: Pembentukan ialah segala keadaan diluar diri seseorang yang mempengaruhi perkembangan intelijensi.
4.    Minat dan pembawaan yang khas: Minat mengarahkan perbuatan kepada suatu tujuan dan merupakan dorongan bagi perbuatan itu.
5.      Kebebasan: Kebebasan berarti bahwa manusia itu dapat memilih metode-metode yang tertentu dalam memecahkan masalah-masalah.

D.  TES INTELIJENSI
Tes intelijensi adalah tes untuk mengukur kecerdasaan seseorang. Orang yang berjasa menemukan tes intelijensi pertama kali ialah Alfred Binet dan Simon pada tahun 1908-1911. Sehingga tes intelijensi terkenal dengan nama Tes Binet-Simon. Tes Binet-Simon merupakan kumpulan pertanyaan-pertanyaan yang telah dikelompokkan menurut umur (umur 3-15 tahun), yang berisi pertanyaan diantaranya yaitu:
1.        Mengulang kalimat-kalimat yang pendek atau panjang
2.        Mengulang deretan angka-angka
3.        Memperbandingkan berat timbangan
4.        Menceritakan isi gambar-gambar
5.        Menyebutkan nama bermacam-macam warna
6.        Menyebut harga mata uang
Dari hasil itu ternyata tidak tentu bahwa usia kecerdasan itu sama dengan usia sebenarnya. Sehingga dengan demikian terjadi adanya perbedaan-perbedaan IQ (Inteligentic Quetient) pada tiap-tiap orang.

E.  HASIL-HASIL PENYELIDIKAN INTELIJENSI
Beberapa hasil kesimpulan dari penyelidikan intelijensi yang dilakukan oleh para ahli psikologi, terdiri atas:
1.   Intelijensi itu bergantung pada dasar dan keturunan, yang memiliki arti bahwa keturunannya memupanyai batas kecerdasan yang tidak dapat dilampaui.
2.        Tercapai atau tidaknya batas kecerdasan atau batas kemampuan pikiran seseorang dipengaruhi pula oleh faktor-faktor diluar.
3.        Adanya kekuatan tumbuh dari dalam, tiap-tiap anak mengalami perkembangan dalam pertumbuhan intelijensinya. Artinya: pengertian bertambah akhirnya dapat memakai pengertian itu sebagai alat berpikir.
4.      Mendapatkan sendiri suatu paham yang baru adalah jauh lebih sukar daripada pemahaman pendapat-pendapat orang sudah ada. Dengan kata lain: pada umumnya manusia lebih banyak dan lebih mudah menggunakan intelijensi eksekutif daripada intelijensi kreatif atau intelijensi inventifnya.

F.   HUBUNGAN INTELIJENSI DENGAN KEHIDUPAN SESEORANG
Kecerdasan atau intelijensi seseorang memberi kemungkinan bergerak dan berkembang dalam bidang tertentu dalam kehidupannya. Sampai dimana kemungkinan tadi dapat direalisasikan, tergantung dengan kehendak dan pribadi serta kesempatan yang ada.
Jadi, jelaslah sekarang bahwa tidak terdapat korelasi yang tetap antara tingkatan intelijensi dengan tingkat kehidupan seseorang. Dari hasil-hasil penyelidikan yang dilakukan para ahli antropologi dan psikologi, juga masih disangsikan adanya korelasi yang tetap antara bentuk/berat otak dengan intelijensi, antara bentuk tubuh dengan dasar kejahatan dan antara intelijensi dengan kemiskinan.
Dengan demikian, ada pula seorang yang sebenarnya memiliki intelijensi yang sedang saja, dapat lebih maju dan mendapat kehidupan yang lebih layak berkat ketekunan dan keuletannya dan tidak banyak faktor-faktor yang menggangu atau yang merintanginya. Akan tetapi intelijensi yang rendah menghambat pula usaha seseorang yang maju dan berkembang, meskipun orang itu ulet dan bertekun dalam usahanya.






Sumber Buku:
Purwanto, Muhammad Ngalim, drs. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar