Minggu, 14 Juni 2015

Berpikir



Berpikir

A.  BAHASA DAN BERPIKIR
Berpikir adalah daya yang paling utama dan merupakan ciri yang khas yang membedakan manusia dari hewan. Manusia dapat berpikir karena manusia mempunyai bahasa, sedangkan hewan tidak mempunyai bahasa. Bahasa yang dimiliki hewan bukanlah bahasa seperti yang dimiliki manusia. Bahasa hewab adalah bahasa instink yang tidak perlu dipelajari dan diajarkan. Sedangkan bahasa manusia adalah hasil kebudayaan yang harus dipelajari dan diajarkan.
Karena memiliki dan mampu berbahasa maka manusia dapat berpikir. Bahasa adalah alat yang terpenting bagi berpikir. Plato mengatakan dalam bukunya Sophistes “berbicara itu berpikir yang keras (terdengar), dan berpikir itu adalah “berbicara batin”.

B.  PENGERTIAN BERPIKIR
Berpikir adalah satu keaktipan pribadi manusia yang mengakibatkan penemuan yang terarah kepada suatu tujuan. Berpikir dalam arti sempit adalah meletakkan atau mencari hubungan/pertalian antara abstraksi-abstraksi. Berpikir bertujuan untuk menemukan pemahaman/pengertian yang dikehendaki.
Ciri utama dari berpikir adalah adanya abstraksi. Abstraksi berarti: anggapan lepasnya kualitas atau relasi dari benda-benda, kejadian-kejadian dan situasi-situasi yang mula-mula dihadapi sebagai kenyataan.
Berpikir erat kaitannya dengan daya-daya jiwa yang lain, seperti tanggapan, ingatan, pengertian, dan perasaan. Tanggapan memegang peranan penting dalam berpikir, ingatan merupakan syarat dalam berpikir, pengertian merupakan hasil dari berpikir, dan perasaan merupakan dasar yang mendukung suasana hati.
C.  PENDAPAT BEBERAPA ALIRAN PSIKOLOGI TENTANG BERPIKIR
Pendapat aliran psikologi tentang berpikir, antara lain:
1.        Psikologi Asosiasi, mengemukakan bahwa berpikir itu tidak lain daripada jalannya tanggapan-tanggapan yang dikuasai oleh hukum asosiasi. Unsur yang paling sederhana dan merupakan dasar bagi semua aktivitas kejiwaan adalah tanggapan-tanggapan. Pendapat inilah yang kemudian menimbulkan pendidikan dan pengajaran bersifat intelektualistis dan verbalistis. Tokoh yang terkenal dalam aliran ini ialah John Locke (1632-1704) dan Herbart (1770-1841).
2.        Aliran Behaviorisme, berpendapat bahwa berpikir adalah gerakan-gerakan reaksiyang dilakukan oleh urat syaraf dan otot-otot bicara. Jadi menurut Behaviorisme, berpikir tidak lain adalah berbicara. Pada behaviorisme unsur yang paling sederhana adalah refleks. Refleks adalah gerakan/reaksi tak sadar yang disebabkan adanya perangsang dari luar. Gejala-gejala psikis yang mungkin terjadi adalah akibat dari adanya gejala-gejala/perubahan-perubahan jasmaniah sebagai reaksi terhadap perangsang-perangsang tertentu. Itu sebabnya maka menurut kaum Behavioris (W. James) “orang tidak menangis karena susah, tetapi orang susah karena menangis”. Juga J.B. Watson, seorang Behavioris yang lebih radikal mengatakan bahwa bahasa adalah gerak-gerak tertentu dari pangkal tenggorok dan bagian-bagian mulut lainnya, dan bunyi yang diakibatkan.
3.        Psikologi Gestalt, berpendapat bahwa proses berpikir seperti proses gejala-gejala psikis yang lain merupakan suatu kebulatan. Psikologi Gestalt memandang berpikir merupakan keaktifan psikis yang abstrak, yang prosesnya tidak dapat diamati dengan alat indera.
4.        Ahli-ahli psikologi sekarang berpendapat bahwa proses berpikir pada taraf tinggi pada umumnya melalui tahap-tahap, yaitu:
a.         Timbulnya masalah, kesulitan yang harus dipecahkan
b.         Mencari dan mengumpulkan fakta-fakta yang dianggap ada sangkut pautnya dengan pemecahan masalah
c.         Taraf pengolahan atau pencernaan, fakta diolah dan dicernakan
d.        Taraf penemuan atau pemahaman, menemukan cara memecahkan masalah
a.       Menilai, menyempurnakan dan mencocokkan hasil pemecahan.
Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi jalannya berpikir antara lain adalah bagaimana seseorang meilhat atau memahami masalah itu, situasi yang sedang dialami seseorang dan situasi luar yang dihadapi, pengalaman-pengalaman orang itu, dan bagaimana kecerdasan orang tersebut.

D.  BEBERAPA MACAM CARA BERPIKIR
Dalam halnya orang dapat mendekati berbagai masalah melalui beberapa cara, yaitu:
1.        Berpikir Induktif
Berpikir induktif adalah suatu proses dalam berpikir yang berlangsung, dari khusus menuju kepada yang umum. Orang mencari ciri-ciri atau sifat-sifat yang tertentu dari berbagai fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa fenomena, kemudian menarik kesimpulan-kesimpulan bahwa ciri-ciri/sifat-sifat itu terdapat pada semua jenis fenomena tadi.
2.        Berpikir Deduktif
Berpikir deduktif adalah proses berpikir yang berlangsung dari yang umum menuju kepada yang khusus. Dalam cara berpikir ini, orang bertolak dari suatu teori ataupun prinsip ataupun kesimpulan yang dianggapnya benar dan sudah bersifat umum. Dari situ ia menerapkannya kepada fenomena-fenomena yang khusus, dan mengambil kesimpulan khusus yang berlaku bagi fenomena tersebut.
3.        Berpikir Analogis
Anologis berarti persamaan atau perbandingan. Berpikir anologis ialah berpikir dengan jalan menyamakan atau memperbandingkan fenomena-fenomena yang biasa/pernah dialami. Di dalam cara berpikir ini, orang beranggapan bahwa kebenaran fenomena-fenomena yang pernah dialaminya berlaku pula bagi fenomena yang dihadapi sekarang.

E.  HASIL-HASIL PENYEIDIKAN TENTANG BERPIKIR
Beberapa hasil/pendapat yang penting dari penyelidikan-penyelidikan yang dilakukan oleh ahli-ahli psikologi terhadapat proses berpikir manusia, yaitu:
1.        Oswald Kulpe dengan rekan-rekannya, setelah mengadakan eksperimen-eksperimen terhadap mahasiswa-mahasiswanya dengan menggunakan metode instropeksi-eksperimental, mendapat kesimpulan, diantaranya:
a.         Bahwa di dalam diri manusia terdapat adanya gejala-gejala psikis yang tidak dapat diragukan.disamping kesan-kesan dan tanggapan-tanggapan yang diperoleh dengan alat indera masih ada gejala-gejala yang lebih abstrak dan tidak dapat diragukan. Hal ini terjadi ketika manusia sedang berpikir.
b.         Bahwa pada waktu berpikir, aku atau pribadi orang itu memegang peranan yang penting.
c.         Bahwa berpikir itu mempunyai arah tujuan yang tertentu (determine rende tendens). Arah tujuan berpikir itu ditentukan/dipengaruhi oleh soal atau masalah yang harus dipecahkannya.
2.        Frohn dan kawan-kawannya, setelah menyelidiki bagaimana proses dan perkembangan berpikir pada anak-anak yang bisu dan tuli dan membandingkannya dengan anak-anak yang normala, mengambil kesimpulan, yaitu berpikir ialah bekerja dengan unsur-unsur yang abstrak dan bergerak kearah yang ditentukan oleh soal/masalah yang dihadapi. Tetapi anak kecil, anak-anak yang terbelakang, dan anak-anak yang bisu tuli dalam berpikir itu tidak dapat melepaskan diri dari bayang-bayang/tanggapan-tanggapan kongkret. Karena mereka tidak dapat membentuk pikiran-pikiran yang logis dan umum. Pada anak kecil, berpikir masih dipengaruhi oleh tanggapan-tanggapan yang kongkret yang pernah diamatinya. Sedangkan anak-anak yang bisu tuli tidak dapat menyusun pengertian karena perkembangan bahasanya terhambat.
3.         Otto Selz dan Willwoll
Dari penyelidikannya terhadap peranan tanggapan dalam proses berpikir, Selz berpendapat bahwa tanggapan-tanggapan konkret tidak mempunyai pengaruh sama sekali atau hanya sedikit sekali pengaruhnya dalam proses berpikir, tanggapan kongkret tidak amat melancarkan dan tidak pula merintangi jalannya pikiran. Sedangkan Willwoll mengemukakan bahwa tanggapan-tanggapan kongkret mengganggu dan menghambat jalannya berpikir.





Sumber Buku:
Purwanto, Muhammad Ngalim, drs. 1990. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rosda

Tidak ada komentar:

Posting Komentar