Validitas dan Reliabilitas Hasil Pengukuran
1. Validitas
a. Apakah
Validitas Itu?
Alat
ukur yang baik adalah alat ukur yang dapat dengan teat mengukur apa yang ingin
anda ukur. Jika anda ingin mengukur panjang sebuh meja maka anda harus dapat
memilih alat ukur yang tepat untuk mengukur panjang meja tersebut. Untuk
mengitung waktu tempuh pelari cepat dalam perlombaan lari cepat 100 meter maka
anda juga harus dapat memilih ukur yang tepat untuk digunakan. Demikian juga
jika anda ingin mengukur hasil belajar siswa maka anda juga dituntut untuk
menggunakan alat ukur (dalam hal ini es) yang dapat dengan tepat mengukur hasil
belajar yang anda harapkan. Agar anda
dapat memperoleh gambaran tentang pengertian validitas suatu hasil
pengukuran.
Menurut
Sukardi (2010:31), valiaditas suatu instrumen evaluasi, tidak lain adalah
derajat yang menunjukkan dimana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur.
Validitas suatu instrumen evaluasi mempunyai makna penting diantaranya seperti
berikut:
1)
Validitas berhubungan dengan ketepatan
interpretasi hasil tes atau instrumen evaluasi untuk grup individual dan bukan instrumen itu sendiri.
2)
Validitas dapat diartikan sebagai
derajat yang menunjukkan kategori yang bisa mencakup kategori yang rendah,
menengah, dan tinggi.
3)
Prinsip suatu tes valid, tidak
universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para peneliti bahwa
ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Tes valid untuk bidang studi
metrologi industri belum tentu valid untuk bidang yang lain misalnya bidang
mekanisme teknik.
Pengertian
validitas mengacu pada ketepatan interpretasi yang dibuat dari hasil pengukuran
atau evaluasi (Gronlund dan Linn, 1990). Secara umum validitas ada tiga jenis.
1.
Validitas isi (content validity)
2.
Validitas konstrak (construct validity)
3.
Validitas yang dikaitkan dengan kriteria
tertentu (criterion reiated validity).
Validitas
isi diperlukan untuk menjawab pertanyaan “ sejauh mana item-item yang ada yang
ada dalam tes dapat mengukur keseluruhan materi yang telah diajarkan”. Tinggi
rendahnya validitas isi dapat ditetapkan berdasarkan analisis rasional atau pertimbangan ahli terhadap isi
tes hasil belajar. Tinggi rendahnya
validitas isi suatu tes dapat anda lihat
pada perencanaan atau kisi-kisi tes. Semakin representative materi yang dapat
ditanyakan dalam tes tersebut menunjukan semakin tinggi validitas isinya.
Validitas
konstak mengacu pada sejauh mana alat ukur tersebut dapat mengungkap
keseluruhan konstrak yang digunakan sebagai dasar dalam penyusun tes tersebut.
Yang dimaksud dengan konstrak disini adalah konsep hipotetis (hipotetical concept) yang digunakan
sebagai dasar dalam penyusunan alat ukur . validitas konstrak ini banyak
digunakan terutama dalam pengukuran-pengukuran psikologi seperti pengukuran
sikap, minat, tingkah laku dan sebaginya. Campbell dan fiske (Djemari Mardapi, 2004)
mengembangkan suatu pendekatan untuk menentukan validitas konstrak dengan
menggunakan tehnik multi trait – multi method.
Validitas dengan multi trait- multi method dilakukan dengan menggunakan lebih dari satu
metode untuk mengukur lebih dari satu macam trait (sifat). Dengan menggunakan
matrik kolerasi sehingga interkorelasi antara trait dan metode dapat
dilihat dengan jelas . perhatoikan table
multi trait- multi method ideal berikut.
Tabel
5.1 Validitas Konvergen dan Validitas Deskrimen Pada Persekatan Multitrait
Multimethod.
|
A1
|
B1
|
A2
|
B2
|
A1
|
rA1A1
(Tinggi)
|
rA1B1
(Rendah
|
rA1A2
(tinggi)
|
rA1B2
(Rendah)
|
B1
|
|
rB1B1
(Tinggi)
|
rB1A2
(rendah)
|
rB1B2
(tinggi)
|
A2
|
|
|
rA2A2
(tinggi)
|
rA2B2
(rendah)
|
B2
|
|
|
|
rB2B2
(tinggi)
|
Keterangan:
Huruf melambangkan trait sementara angka melambangkan metode, sedangkan r
adalah modulud korelasi.
A1 = trait A yang diukur dengan
metode 1
A2 = trait A yang diukur dengan
metode 2
B1 = trait B yang diukur dengan
metode 1
B2 = trait B yang diukur dengan
metode 2
A1A2 =dua metode yang berbeda yang digunakan
untuk mengukur trait yang sama.
A1B1 = dua trait yang berbeda diukur dengan
metode yang sama.
Dari
tabel tersebut dapat dilihat ada dua tipe validitas yaitu validitas konvergen (convergent validity) dan validitas
pembeda (discriminant validity).
Adanya validitas konvergen dapat di lihat pada kolerasi yang tinggi antara skor
tes yang mengukur trait yang sama dengan metode yang berbeda (rA1B1, rA1B2,
rA2B1, dan rA2B2), terutama bila trait yang berbeda diukur dengan metode yang
sama (rA1B1 dan rA2B2). Adanya korelsi yang rendah ini menunjukan bahwa item
tersebut mempunyai daya pembeda yang baik dan mampu mengukur trait yang
spesifik. Sebagai contoh, jika kita mengetahui bagaimana pola kepemimpinan
seorang kepala sekolah maka item-item yang anda gunakan dikatakan mempunyai
validitas konstrak yang tinggi jika item tersebut dapat mengungkapkan pola
kepemimpinan setiap individu yang menjadi sampel dalam pengukuran tersebut.
Jika
suatu tes diumaksudkan untuk memprediksi keberhasilan seseorang dimasa yang
akan datang atau dimaksud untuk mengetahui kesesuaian antara pengetahuan dan
keterampilan yang di miliki maka alat ukur yang digunakan harus mempunyai criterion related validity yang tinggi.
Sebagai contoh jika siswa SD mempunyai nilai ebtanas murni (NEM) tinggi
ternyata mempunyai prestasi yang bagus setelah melanjutkan di SLTP maka dapat
dikatakan bahwa tes yang digunakan dalam ebtanas SD mempunyai criterion related validity yang tinggi . sutu tes teori computer
dikatakan mempunyai criterion related validity
jika dari hasil tes ternyata siswa yang mempunyai skor tinggi memang
mempunyai keterampilan yang tinggi dalam menggunakan computer daripada siswa
yang mendapat skor rendah.
Sedangkan
dalam evaluasi pendidikan, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu validitas isi, validitas konstruk, validitas konkuren, dan
validitas prediksi (Sukardi, 2010:31).
1)
Validitas
Isi
Validitas
isi adalah derajat dimana sebuah tes evaluasi mengukur cakupan substansi yang
ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek penting,
yaitu valid isi dan valid teknik sampling. Valid isi mencakup khususnya,
hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item evaluasi menggambarkan
pengukuran dalam cakupan yang ingin diukur. Sedangkan validitas teknik sampling
pada umumnya berkaitan dengan bagaimanakah baik suatu sampel item tes
merepresentasikan total cakupan isi.
Tes
validitas isi juga disebut face validity
(validitas wajah). Walaupun hal tersebut masih meragukan, karena validitas
wajah hanya menggambarkan derajat dimana sebuah interpretasi tes tampak
mengukur, tetapi tidak menggambarkan cara psikometrik yang mengukur apa
yangingin diusahakan dapat diukur. Proses ini sering digunakan sebagai awal
menyaring dalam tes pilihan.
2)
Validitas
Konstruk
Validitas
konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur sebuah konstruk
sementara. Secara definitif, konstruk merupakan suatu sifat yang tidak dapat
diobservasi, tetapi kita dapat merasakan pengaruhnya melalui salah satu atau
dua indera kita. Konstruk tidak lain merupakan “temuan” atau suatu pendekatan
untuk menerangkan tingkah laku. Proses melakukan validasi konstruk dapat
dilakukan dengan cara melinatkan hipotesis testing yang dideduksi dari teori
yang menyangkut dengan konstruk yang relavan.
3)
Validitas
Konkuren
Validitas
konkuren adalah derajat dimana skor dalam suatu tes dihubungkan dengan skor
lain yang telah dibuat. Tes dengan validasi konkuren biasanya diadministrasi dalam
waktu yang sama atau dengan kriteria valid yang sudah ada. Cara-cara membuat
tes dengan validitas konkuren dapat dilakukan dengan beberapa langkah sebagai
berikut.
a)
Administrasi tes yang baru yang
dilakukan terhadap grup atau anggota kelompok.
b)
Catat tes baku yang ada termasuk berapa
koefisien validitasnya jika ada.
c)
Hubungkan atau korelasikan dua skor
tersebut.
4)
Validitas
Prediksi
Validitas
prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes yang dpaat memprediksi
tentang bagaimana baik seseorang akan melakukan suatu prospek tugas atau
pekerjaan yang direncanakan. Insrumen validitas prediksi mungkin bervariasi
bentuknya tergantung beberapa faktor misalnya kurikulum yang digunakan, buku
pegangan yang dipakai, itensitas mengajar dan letak geografis atau daerah
sekolah. Yang perlu diperhatikan ketika kita akan melakukan tes validitas
predisi yaitu perlunya memperhatikan proses dan cara membandingkan instrumen
yang divalidasi dengan tes telah dibakukan. Untuk tes validasi prediksi,
prinsip instrumen umum yang menyatakan bahwa tidak ada tes yang memiliki tes
prediksi sempurna masih tetap berlaku. Oleh karena itu, perlu disadari bahwa
skor tes yang dihasilkan juga memiliki sifat ketidaksempurnaan tersebut.
Ketika
kriteria telah diidentifikasi dan ditentukan, prosedur selanjutnya adalah
menentukan prediksi suau tes dengan cara seperti berikut:
a)
Buat item tes sesuai dengan tujuan yang
hendak dicapai.
b)
Tentukan kelompok yang dijadikan subjek
dalam pilot study.
c)
Identifikasi kriterion prediksi yang
hendak dicapai.
d) Tunggu
sampai tingkah laku yang dipredisi atau variabel kriterion muncul dan terpenuhi
dalam kelompok yang telah ditentukan.
e)
Capai ukuran-ukuran kriterion tersebut.
f)
Korelasikan dua set skor yang
dihasilkan.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Validitas
Banyak
faktor yang dapat memengaruhi hasil tes evaluasi tidak valid. Beberapa faktor
tersebut secara garis besar dapat dibedakan menurut sumbernya, yaitu faktor
internal dari tes, faktor eksternal dari tes, dan faktor yang berasal dari
siswa yang bersangkutan.
1) Faktor yang berasal dari dalam tes
Beberapa sumber yang pada umumnya berasal dari
faktor internal tes evaluasi diantaranya yaitu:
a)
Arahan tes yang disusun dengan makna
tidak jelas sehingga dapat mengurangi validitas tes.
b)
Kata-kata yang digunakan dalam struktur
instrumen evaluasi, terlalu sulit.
c)
Item-item te dikonstruksi dengan jelek.
d) Tidak
kesulitan item tes tidak tepat dengan materi pembelajaran yang diterima siswa.
e)
Waktu yang dialokasikan tidak tepat, hal
ini termasuk kemungkinan terlalu kurang atau terlalu longgar.
f)
Jumlah item tes yang terlalu sedikit
sehingga tidak mewakili sampel materi pembelajaran.
g)
Jawaban masing-masing item evaluasi tes
bvida diprediksi siswa.
2) Faktor yang berasal dari administrasi dan
skor
Faktor ini dapat mengurangi validitas interpretasi
tes evaluasi, khususnya tes evaluasi yang dibuat oleh guru. Berikut beberapa
contoh faktor yang sumbernya berasal dari proses administrasi dan skor.
a)
Waktu pengajaran tidak cukup sehingga
siswa dalam memberikan jawaban dalam situasi yang tergesa-gesa.
b)
Adanya kecurangan dalam tes sehingga
tidak dapat membedakan antara siswa yang belajar dengan yang melakukan
kecurangan.
c)
Pemberian petunjuk dari pengwas yang
tidak dapat dilakukan pada semua siswa.
d) Teknik
pemberian skor yang tidak konsisten, misalnya pada tes essai, juga dapat
mengurangi validitas tes evaluasi.
e)
Siswa tidak dapat mengikuti arahan yang
diberikan dalam tes baku.
f)
Adanya joki (oarng lain bukan siswa)
yang masuk dan menjawab item tes yang diberikan.
3) Faktor-faktor yang berasal dari jawaban
siswa
Seringkali
terjadi bahwa interpretasi terhadap item-item tes evaluasi tidak valid, karena
dipengaruhi oleh jawaban siswa daripada interpretasi item-item pada tes
evaluasi. Sebagai contoh, sebelum tes para siswa menjadi tegang karena guru
pengampu mata pelajaran dikenal “killer”,
galak, dan sebagainya sehingga siswa yang ikut tes banyak yang gagal.
2. Reliabilitas
a. Apakah Reliabilitas Itu?
Untuk
memperoleh pemahaman tentang pengertian realibilitas, lakukan kegiatan berikut
ini! Ukurlah panjang sepuluh benda yang berada di sekitar anda sebanyak 2 kali
pada waktu yang berbeda dengan menggunakan alat ukur yang tepat kemudian
tuangkanlah hasilnya pada table berikut ini !
No
|
Nama benda
|
Alat ukur yang digunakan
|
Hasil pengukuran
|
|
1
|
2
|
|||
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
|
Apakah
hasil yang anda peroleh dalam dua kali pengukuran, memperoleh hasil yang beda?
Jika cara pengukuran yang ada lakukan benar maka hasil pengukuran yang anda
perolah mestinya sama. Jika hasil pengukuran yang anda peroleh sama, dapat
dikatakan bahwa alat ukur yang anda gunakan memberikan hasil pengukuran yang
reliable (tetap, konsisten, stabil). Hasil-hasil pengukuran yang berhubungan dengan
aspek-aspek fisik seperti mengukur panjang meja, tinggi lemari,, berat badan,
tinggi badan biasanya menghasilkan reliabilitas yang sangat tinggi. Artinya
walaupun pengukuran dilakukan lebih dari sekali tetapi tetap memberikan hasil
yang tidak jauh beda. Hasil pengukuran yang berbeda akan sering anda temukan
jika anda melakukan pengukuran terhadap
hal-hal yang berhubungan dengan aspek-aspek psikologi dan sosial seperti dalam
pengukuran mewakili intelegensi, sikap, dan konsep diri. Aspek aspek sosial psikologis
seperti itu tidak dapat diukur tidak dengan ketepatan dan kosintensi yang
tinggi. Hal ini di debabkan karena hasil pengukuran yang di peroleh tidak dapat
lepas dari pengaruh hal hal diluar maksud pengukuran tersebut misalnya alat
ukur itu sendiri mungkin bukan merupakan alat ukur yang tepat untuk mengukur
aspek yang diinginkan. Disamping itu karena subjek pengukurannya adalah manusia
maka cara cara penyajian tes, emosi, motivasi, kondisi fisik, dan keadaan ruang
tes akan mempengaruhi hasil pengukuran walaupun sebenarnya aspek aspek yang
ingin kita ukur tersebut tidak berubah. Dengan demikian hasil pengukuran yang
di peroleh menjadi kurang reilabel.
Dan
hasil kegiatan yang telah anda lakukan dan setelah memahami uraian diatas, anda
telah memperoleh gambaran yang mengenai apa yang di maksud dengan
realiabilitas. Kalau pengertian validaitas mengacu pada ketepatan hasil pengukuran maka pengertian realibialitas mengacu
pada ketepatan hasil yang di peroleh
dari suatu pengukuran (Gronlund dan Linn,1990). Salah satu untuk
mengetahui ketetapan atau realiabilitas suatu hasil pengukuran, dapat diperoleh
dengan cara melakukan pengukuran dua kali seperti contoh kegiatan yang telah
anda lakukan tersebut. Hasil pengukuran di
katakan mempunyai realiabilitas yang tinggi jika hasil pengukuran pertama
hampir sama dengan hasil pengukuran kedua. Dan sebaliknya hasil pengukuran
dikatakan mempunyai realibilitas yang rendah jika hasil pengukuran pertama jauh
berbeda dengan hasil pengukuran kedua.
Jika
anda mempunyai seperangkat tes misalnya tes untuk mengukur penguasaan siswa
dalam matematika maka untuk mengetahui apakah tesanda tersebut mempunyai
realiabilitas yang tinggi atau rendah dapat dengan mudah anda lakukan yaitu
dengan cara mengujikan set tes tersebut.pada kelas yang sama sebaiknya dua kali
dengan selisih waktu yang tidak terlalu lama dan juga terlalu dekat? Coba
diskusikan dengan teman teman anda. Pada rinsipnya hal ini berhubungan dengan
kekhawatiran bahwa siswa masih mengingat soal soal tersebut dan kekhawatiran
adanya penambahan pengetahuan selama selang waktu dua pengukuran tersebut. Jika
skor yang anda peroleh dari pelaksanaan tes pertama tidak jauh berbeda dengan
skor yang anda peroleh pada waktu tes kedua pada waktu tes kedua maka dapat
dikatakan bahwa set tes anda mempunyai realiabilitas yang tinggi.semakin sama
skor yang anda peroleh pada pengukuran pertama dan kedua menunjukan semakin tinggi relibilitas set tes
berikut. Jika anda ingin lebih teliti untuk melihanya dapat anda lakukan dengan
melihat skor setiap individu pada kedua
hasil pengukuran tersebut. Jika skor yang di peroleh setiap individu pada kedua
pengukuran cenderung sama berarti set tes tersebut mempunyai reliabilitas yang
tingi. Hungungan antara skor yang diperoleh pada pengukuran pertama dengan
kedua akan menghasilkan angka korelasi bergerak antara -1 (baca negative satu)
sampai dengan +1 (baca positif satu). Semakin tinggi angka koefisien
reliabilitas (mendekati 1) maka semakin tinggi reliabilotas tes tersebut. Suatu
perangkat tas dinyatakan cukup reliable jika mempunyai koefisien reliabilitas
lebih besar 0,5 (Fernandes,1984). Cara menghitung koefisien korelasinya dapat
anda hitung dengan menggunakan formula korelasi product-moment sebagai berikut.
Keterangan:
rxy
: koefisien korelasi dari xy
N
: Jumlah data
X:
data pertama
Y:
data kedua
Contoh:
Nama
|
Skor tes 1
X
|
Skor tes 2
Y
|
XY
|
|
|
Ahmad
|
40
|
42
|
1680
|
1600
|
1764
|
Wildan
|
43
|
43
|
1849
|
1849
|
1849
|
Muhwan
|
39
|
38
|
1482
|
1521
|
1444
|
Rizki nur
|
52
|
50
|
2600
|
2704
|
2500
|
Rizki zul
|
50
|
51
|
2550
|
2500
|
2601
|
Rinan
|
44
|
45
|
1936
|
1936
|
2025
|
Yogi
|
44
|
44
|
2499
|
1936
|
1936
|
Lili
|
51
|
49
|
2352
|
2601
|
2401
|
Opi
|
48
|
49
|
2352
|
2304
|
2401
|
Mega
|
47
|
46
|
2162
|
2209
|
2116
|
|
458
|
457
|
21090
|
21160
|
21037
|
Konsep reliabilitas yang baru di pelajari adalah reliabilitas
dalam arti stabilitas tes. Sebenernya masih ada 2 konsep reliabilitas yang lain
yaitu: konsep reliabilitas dalam arti equivalent
dan konsep reliabilitas dalam arti
konsistensi internal.
Konsep reliabilitas dalam arti equivalent test dimaksud untuk
mengetahui apakah 2 set tes yang anda gunakan pararel atau tidak. Konsep
reliabilitas dalam arti konsistensi internal tes dimaksud untuk mengetahui
apakah kumpulan butir soal yang ada dalam satu set tes tersebut mengukur
dimensi hasil belajar yang sama atau tidak.
b. Bagaimana Hubungan antara Viliditas dan
Reliabilitas?
Ketetapkan hasil pengukuran reliabilitas sangat diperlukan untuk
memperoleh alat ukur yang dapat memberikan hasil pengukuran yang tepat (valid). Walaupun demikian alat ukur yang
mempunyai reliabilitas yang tinggi belum tentu secara otomatis mempunyai
validitas yang tinggi. Karena tingginya reliabilitas yang dihasilkan oleh suatu
alat ukur jika tidak dibarengi dengan tingginya validitas dapat memberikan
informasi yang salah tentang apa yang ingin anda ukur.
c. Bagaimana Meningkatkan Reliabilitas Tes?
Reliabilitas
suatu tes dapat ditingkatkan dengan menambah jumlah butir ke dalam tes
tersebut. Yang mungkin menjadi pertanyaan bagi anda kemudian adalah apakah
setiap penambahan butir soal akan selalu dapat menaikan reliabilitas tes?
Jawabannya adalah belum tentu, penambahan butir soal pada tes akan meningkatkan
reliabilitas jika butir soal yang ditambahkan adalah butir-butir soal homogen
dengan butir soalyang ada. Yang dimaksud butir soal yang homogeny adalah butir
soal-soal yang mengukur hal yang sama dengan butir soal yang sudah ada.
Penambahan butir soal tidak akan menaikan reliabilitas tes jika butir soal
yang ditambah tidak homogen dengan butir
soal yang telah ada. Reliabilitas tes yang baru sebagia akibat adanya
penambahan butir soal secara sederhana dapat dihitung dengan menggunakan rumus
spearman Brown sebagai berikut :
Keterangan:
Contoh :
Reliabilitas suatu tes yang terdiri atas 40 butir adalah
Berapakah reliabilitas tes setelah ditambahkan
20 butir soal yang homogen dengan butir soal yang sudah ada ?
Jawab :
Reliabilitas
sebelum penambahan = 0,40. Jumlah butir soal sebelum ditambah = 40 dan setelah
ditambah 20 berarti 60. Dengan demikian rasio jumlah butir soal setelah dan
sebelum penambahan adalah 1,5 (karena ada penambahan butir setengah kali
lipat). Jika angka tersebut kita masukan dalam rumus, akan kita peroleh
reliabilitas tes baru sebagai berikut.
d. Faktor-Faktor
yang Mempengaruhi Reliabilitas
Menurut
Sukardi (2010:51), faktor-faktor yang mempengaruhi reliabilitas, antara lain:
1)
Panjang tes;
semakin panjang suatu tes evaluasi, semakin banyak jumlah item materi
pembelajaran diukur. Ini menunjukkan dua kemungkinan, yaitu a) tes semakin
mendekati kebenaran, dan b) dalam mengikuti tes, semakin kecil siswa menebak.
Berarti akan semakin tinggi nilai koefisien reliabilitas.
2)
Penyebaran
skor; koefisien reliabilitas secara langsung dipengaruhi oleh bentuk sebaran
skor dalm kelompok siswa yang diukur. Semakin tinggi sebaran, semakin tinggi
estimasi koefisien reliabilits (Gronlund 1990: 94). Hal ini terjadi karena
posisi skor siswa secara individual mempunyai kedudukan sama pada tes-retes
lain, sebagai acuan.
3)
Kesulitan tes;
tes normatif yang terlalu mudah atau terlalu sulit untuk siswa, cenderung
menghasilkan skor reliabilitas rendah. Fenomena tersebut, akan menghasilkan
sebaran skor yang cenderung terbatas pada salah satu sisi. Untuk tes yang
terlalu mudah skor jawaban siswa akan mengumpul pada sisi tas, misalnya 9 atau
10. Untuk tes yang terlalu sulit, skor jawaban siswa akan cenderung mengumpul
pada ujung sebaliknya, atau rendah.
4)
Objektivitas;
yang dimaksud dengan objektif yaitu derajat dimana siswa dengan kompetensi
sama, mencapai hasil sama. Ketika prosedur tes evaluasi memiliki objektivitas
tinggi, maka reliabilitas hasil tes tidak dipengaruhi oleh prosedur teknik
penskoran. Item tes skor objektif yang dihasilkan tidak dipengaruhi
pertimbangan atau opini dari seorang evaluator.
e. Persyaratan
Kegunaan Reliabilitas
Kegunaan merupakan syarat instrumen
evaluasi yang lebih berorientasi pada pertimbangan praktis. Beberapa
pertimbangan praktis yang perlu diperhatikan, diantaranya seperti berikut (Sukardi,
2010:52) :
1)
Tes atau
instrumen yang hendak digunakan sebaiknya memiliki kemudahan adinistrasi yang
didalamnya mengandung unsur : mudah diatur, disimpan dan digunakan
sewaktu-waktu secara mudah.
2)
Waktu yang
diperlukan untuk proses administrasi sebaiknya singkat , cepat dan tepat.
3)
Instrumen
sebaiknya juga mudah di interpretasi oleh guru ahli maupun guru yang kurang
mendapat latihan dibidang instrumen evaluasi.
4)
Adanya beberapa
macam jenis instrumen yang memiliki ekivalensi sama sehingga bisa digunakan
sebagai pengganti atau variasi instrumen.
5) Instrument
evaluasi sebaiknya memilki karakteristik biaya murah, dan dapat dijangkau oleh
guru atau sekolah yang hendak menggunakannya.
Sumber:
Sukardi, Prof. 2010. Evaluasi Pendidikan Prinsip dan
Operasionalnya. Jakarta: Bumi Aksara.
Suryanto,
Adi, Drs. 2010. Evaluasi Pembelajaran di
SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar