Aliran Idealisme
Abstrak
Idealisme
adalah salah satu aliran filsafat pendidikan yang berpaham bahwa pengetahuan
dan kebenaran tertinggi adalah ide. Semua bentuk realita adalah manifestasi
alam ide. Karena pandangannya yang idealis itulah idealisme sering disebut
sebagai lawan dari aliran realisme. Tetapi, aliran ini justru muncul atas feed
back realisme yang menganggap realitas sebagai kebenaran tertinggi.
Pendahuluan
Secara
logika, antara idealisme dan realisme tidak bisa dipertentangkan. Sebab,
pencetus idealisme (Plato) adalah murid dari pencetus realisme (Socrates). Jika
demikian, apakah mungkin Plato seorang idealis yang juga realis? Dengan
pertanyaan lain, apakah Sokrates yang realis juga seorang idealis? Apa sesungguhnya
hakekat ide dan riil atau materi itu?
Idealisme
menganggap, bahwa yang konkret hanyalah bayang-bayang, yang terdapat dalam akal
pikiran manusia. Kaum idealisme sering menyebutnya dengan
ide atau gagasan. Seorang realisme tidak menyetujui pandangan tersebut.
Kaum realisme berpendapat bahwa yang ada itu adalah yang nyata, riil, empiris,
bisa dipegang, bisa diamati dan lain-lain. Dengan kata lain sesuatu yang
nyata adalah sesuatu yang bisa diindrakan (bisa diterima oleh panca indra).
A.
Ontologis Aliran Idealisme
Aliran ini
merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran
manusia. Mula-mula dalam filsafat barat yangditemui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanya berupa bayangan saja dari alam ide.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankan
pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme
sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasar idealisme ini.
Pada jaman Aufklarung para filosof yang mengakui aliran serba dua (dualisme)
seperti Descartes dan Spinoza yang mengenal dua pokok yang bersifat
kerohanian dan kebendaan, maupun keduanya mengakui bahwa unsur kerohanian lebih
penting daripada kebendaan. Selain itu, segenap kaum agama sekaligus dapat
digolongkan kepada penganut idealisme yang paling setia sepanjang masa,
walaupun mereka tidak memiliki dalil-dalil filsafat yang mendalam. Puncak jaman
idealisme pada masa abad ke-18 dan 19 ketika periode idealisme.
Secara historis, idealisme diformulasikan dengan jelas pada abad IV sebelum
masehi oleh Plato (427-347 SM). Semasa Plato hidup kota Athena adalah kota
yang berada dalam kondisi transisi (peralihan). Peperangan bangsa Persia telah
mendorong Athena memasuki era baru. Seiring dengan adanya peperangan-peperangan
tersebut, perdagangan dan perniagaan tumbuh subur dan orang-orang asing tinggal
diberbagai penginapan Athena dalam jumlah besar untuk meraih keuntungan
mendapatkan kekayaan yang melimpah. Dengan adanya hal itu, muncul berbagai
gagasan-gagasan baru ke dalam lini budaya bangsa Athena. Gagasan-gagasan baru
tersebut dapat mengarahkan warga Athena untuk mengkritisi pengetahuan &
nilai-nilai tradisional. Saat itu pula muncul kelompok baru dari kalangan
pengajar (para Shopis. Ajarannya memfokuskan pada
individualisme, karena mereka berupaya menyiapkan warga untuk menghadapi
peluang baru terbentuknya masyarakat niaga. Penekanannya terletak pada
individualisme, hal itu disebabkan karena adanya pergeseran dari budaya komunal
masa lalu menuju relativisme dalam bidang kepercayaan dan nilai.
Aliran filsafat Plato dapat dilihat sebagai suatu
reaksi terhadap kondisi perubahan terus-menerus yang telah meruntuhkan budaya
Athena lama. Ia merumuskan kebenaran sebagai sesuatu yang sempurna
dan abadi (eternal). Dan sudah terbukti, bahwa dunia eksistensi
keseharian senantiasa mengalami perubahan. Dengan demikian, kebenaran tidak
bisa ditemukan dalam dunia materi yang tidak sempurna dan
berubah. Plato percaya bahwa disana terdapat kebenaran yang universal dan dapat
disetujui oleh semua orang. Contohnya dapat ditemukan pada matematika, bahwa 5
+ 7 = 12 adalah selalu benar (merupakan kebenaran apriori), contoh tersebut
sekarang benar, dan bahkan di waktu yang akan datang pasti
akan tetap benar.
B.
Epistimologi
Aliran Idealisme
Proses
mengetahui terjadi dalam pikiran,manusia memperoleh pengetahuan melalui berpikir.
Di samping itu, manusia dapat pula memperoleh pengetahuan melalui intuisi.
Bahkan beberapa filsuf Idealisme percaya bahwa pengetahuan diperoleh dengan
cara mengingat kembali (semua pengetahuan adalah sesuatu yang diingat
kembali). Plato adalah salah seorang penganut pandangan ini. Ia sampai pada
kesimpulan tersebut berdasarkan asumsi bahwa spirit/jiwa manusia bersifat
abadi, yang mana pengetahuan sudah ada di dalam spirit/jiwa sejak manusia
dilahirkan.
Bagi
penganut Idealisme Objective seperti Plato, ide-ide merupakan esensi
yang keberadaannya bebas dari pendirian. Sedangkan bagi penganut Idealisme
Subjectiveseperti George Barkeley, bahwa manusia hanya dapat mengetahui
dengan apa yang ia persepsi. Karena itu, pengetahuan manusia hanyalah merupakan
keadaan dari pikirannya atau idenya. Adapun setiap rangsangan yang diterima
oleh pikiran hakikatnya diturunkan atau bersumber dari Tuhan, Tuhan adalah
Spirit Yang Tak Terbatas (Callahan and Clark, 1983).
Sehubungan
dengan hal di atas, kebenaran (pengetahuan yang benar) hanya mungkin didapat
oleh orang-orang tertentu yang memiliki pikiran yang baik saja, sedangkan
kebanyakan orang hanya sampai pada tingkat pendapat” (Edward J. Power, 1982).
Adapun uji kebenaran pengetahuan dilakukan melalui uji konsistensi atau koherensi
dari ide-idenya. Sebab itu teori uji keberanannya dikenal sebagai TeoriKonsistensi/Teori
Koherensi. Contoh: “Semua makhluk bersifat fana (dapat rusak atau mati),
Iqbal adalah makhluk, sebab itu Iqbal akan mati”. Pengetahuan ini adalah benar,
sebab ide-idenya koheren atau konsisten. “Jalan merupakan urat nadi
perekonomian masyarakat, Amin bunuh diri dengan jalan memutuskan urat nadinya,
karena itu Amin telah membunuh jalannya perekonomian masyarakat”. Pengetahuan
ini adalah salah, sebab ide-idenya tidak konsisten/tidak koheren.
C.
Aksologis Aliran Idealisme
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.Sedangkan
para
filsuf Idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifatabadi. Menurut penganut Idealisme
Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Baik dan jahat, indah dan
jelek diketahui setingkat dengan ide baik dan ide indah konsisten dengan baik
dan indah yang absolut dalam Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistik mengidentikan
Tuhan dengan alam. Nilai-nilai adalah absolut dan tidak berubah (abadi), sebab
nilai-nilai merupakan bagian dari aturan-aturan yang sudah ditentukan alam
(Callahan and Clark, 1983). Sebab itu dapat Anda simpulkan bahwa manusia
diperintah oleh nilai-nilai moral imperatif dan abadi yang bersumber dari
Realitas Yang Absolut.
Kesimpulan
Aliran ini
merupakan aliran yang sangat penting dalam perkembangan sejarah pemikiran
manusia. Mula-mula dalam filsafat barat yangditemui dalam bentuk ajaran yang
murni dari Plato. Plato menyatakan bahwa alam cita-cita itu adalah yang
merupakan kenyataan sebenarnya. Adapun alam nyata yang menempati ruang ini
hanya berupa bayangan saja dari alam ide.
Aristoteles memberikan sifat kerohanian dengan ajarannya yang menggambarkan
alam ide sebagai suatu tenaga yang berada dalam benda-benda dan menjalankan
pengaruhnya dari benda itu. Sebenarnya dapat dikatakan bahwa paham idealisme
sepanjang masa tidak pernah hilang sama sekali. Di masa abad pertengahan
malahan satu-satunya pendapat yang disepakati oleh semua ahli pikir adalah
dasar idealisme ini.
Bagi penganut
Idealisme Objective seperti Plato, ide-ide merupakan esensi yang
keberadaannya bebas dari pendirian. Sedangkan bagi penganut Idealisme
Subjectiveseperti George Barkeley, bahwa manusia hanya dapat mengetahui
dengan apa yang ia persepsi. Karena itu, pengetahuan manusia hanyalah merupakan
keadaan dari pikirannya atau idenya. Adapun setiap rangsangan yang diterima
oleh pikiran hakikatnya diturunkan atau bersumber dari Tuhan, Tuhan adalah
Spirit Yang Tak Terbatas (Callahan and Clark, 1983).
Kehidupan manusia diatur oleh kewajiban-kewajiban moral yang
diturunkan dari pendapat tentang kenyataan atau metafisika.Sedangkan para
filsuf Idealisme sepakat bahwa nilai-nilai bersifatabadi. Menurut penganut Idealisme
Theistik nilai-nilai abadi berada pada Tuhan. Baik dan jahat, indah dan
jelek diketahui setingkat dengan ide baik dan ide indah konsisten dengan baik
dan indah yang absolut dalam Tuhan. Penganut Idealisme Pantheistikmengidentikan
Tuhan dengan alam. Nilai-nilai adalah absolut dan tidak berubah (abadi), sebab
nilai-nilai merupakan bagian dari aturan-aturan yang sudah ditentukan alam
(Callahan and Clark, 1983). Sebab itu dapat Anda simpulkan bahwa manusia
diperintah oleh nilai-nilai moral imperatif dan abadi yang bersumber dari
Realitas Yang Absolut.
Daftar Pusaka
Noor, M., (Ed.), (1987), Filsafat
dan Teori Pendidikan: Jilid I Filsafat Pendidikan, Sub
Koordinator Mata kuliah filsafat
dan Teori Pendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan,
IKIP Bandung.
Syaripudin, T. dan Kurniasih,
(2008), Pengantar Filsafat Pendidikan, Bandung, Percikan Ilmu.
Syam, M. N., (1984), Filsafat
Pendidikan dan Dasar Filsafat Pendidikan Pancasila,
Usaha Nasional, Surabaya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar